Jumat, 11 Mei 2012

Jaminan Kesuksesan

Alkisah, ada seorang pemuda yang memiliki rasa ingin tahu yang besar. Sudah hampir satu tahun ini, ia belajar pada seorang guru yang paling bijaksana di negerinya. Ada sebuah pertanyaan yang menggugah minatnya untuk ditanyakan kepada sang guru.

Suatu hari, kesempatan itu pun tiba dan tidak disia-siakan oleh si pemuda. Sang guru sedang beristirahat dan berada di ruang kerjanya, sendirian.

Sebelum memasuki ruangan, si pemuda meminta izin, "Maafkan saya, Guru. Apakah saat ini Guru sedang sibuk?"

"Sesibuk apa pun, guru selalu menyediakan waktu untuk murid-muridku. Apa yang ingin kamu tanyakan anakku?" tanya sang guru, mempersilakan si pemuda masuk.

Setelah duduk, si pemuda langsung mengungkapkan isi hatinya, "Guru, saya memang ingin bertanya satu hal yang sudah lama terpendam dalam benak saya."

"Katakan saja."

"Guru, apakah kunci kesuksesan? Saya belajar dari guru selama ini, tentunya ingin sukses di kehidupan ini."
Sejenak sang guru mengamati muridnya itu sebelum menjawab: "Pertanyaan yang baik. Setiap orang tentu ingin sukses. Pertanyaannya: Apakah sukses itu?"
Tanpa menunggu jawaban dari muridnya, sang guru melanjutkan: "Sukses adalah sebutan dari hasil akhir, sesuai dengan yang ditargetkan. Sebaliknya dengan gagal, adalah sebutan dari hasil akhir yang tidak sesuai dengan target. Nah, apa targetmu, tentukan terlebih dahulu. Setelah itu, ada 3 hal penting yang harus kau lakukan dalam perjalanan mengejar target tadi."

Dengan mata berbinar, si pemuda berkata, "Apa sajakah itu, Guru?"

"Jika kau bisa lebih rajin, belajar-bertanya-dan berbuat, dibanding orang lain, maka 50 persen jaminan kesuksesan sudah di tanganmu." Si pemuda mencatat baik-baik jawaban sang guru di pikirannya.

"Yang kedua, jika kau bisa bersikap jauh lebih jujur daripada orang lain, kau akan mendapatkan lagi 20 persen tambahan jaminan kesuksesan."

Si pemuda penuh semangat bertanya, "Lalu, sisanya yang 30 persen, Guru?" tanya si pemuda tidak sabar melihat sang guru tak kunjung melanjutkan kalimatnya.

Sang guru mengacungkan sebuah pensil di hadapan si pemuda. "Sisanya bisa kau temukan di sini." Si murid mengamati pensil dan berkata, "Ada apa dengan pensil itu?"
Tanpa menjawab pertanyaan muridnya, sang guru menyentuhkan bagian ujung pensil yang tumpul ke lengan si pemuda. Si pemuda diam tidak mengerti. Tiba-tiba sang guru membalikkan pensil dan ujung runcingnya ditusukkan ke lengan si pemuda yang langsung terlonjak kaget sambil berseru kesakitan.

Sambil tersenyum, sang guru menjelaskan: "Ujung yang runcing disebut fokus. Maka, arahkan segenap pikiran dan tindakan pada titik sasaran yang besar dan benar, dan 30 persen sisa jaminan kesuksesan akan kau peroleh jika kamu sungguh-sungguh fokus melakukannya."
Netter yang luar biasa,

Tidak ada sukses yang instan. Pasti, ada faktor-faktor pendukung yang harus kita siapkan. Sukses perlu proses belajar dan berjuang. Saat kita menetapkan target, lebih rajin, jujur dan fokus, bukan berarti sukses langsung terhidang di 'piring perak' di hadapan kita. Semua perlu proses waktu menuju ke situ. Teruskan berjuang! Nikmati setiap prosesnya, agar sukses yang didapat lebih bermakna.

Oleh : andriewongso

Inspirasi Bisnis dari Seorang Babysitter

Seorang babysitter mungkin tugasnya hanya menjaga anak. Tetapi bagi yang berpikir kreatif, ia bisa menciptakan bisnis yang besar.
 
Genevieve Thiers adalah anak tertua dari tujuh bersaudara. Dan ia mengaku sudah menjadi babysitter sejak adiknya lahir. Setelah itu ia rutin menjaga adiknya. Tak hanya itu, selagi sekolah ia juga mencari uang dengan menjadi babysitter. Sampai akhirnya lulus kuliah dan bisa bekerja di IBM. 

Meski kerja full time di IBM, malamnya ia ngambil pendidikan untuk meraih gelar master. Suatu kali ia melihat seorang ibu muda yang tengah hamil sembilan bulan berjalan tertatih-tatih menyebarkan flyer (brosur) di kampusnya untuk mencari mahasiswi yang biasa menjadi babysitter. "Itu pemandangan yang mengerikan," katanya. Thiers lalu meminta si perempuan muda tersebut pulang dan ia memberi bantuan gratis menyebarkan flyer tersebut. "Seharusnya ada orang yang membuat satu tempat pertemuan antara ibu-ibu yang mencari babysitter dan babysitter mencari keluarga yang membutuhkan jasanya di setiap kota (city)," katanya dalam hati. Hal itulah yang kemudian memunculkan gagasan membuat website khusus untuk babysitter dengan nama Sittercity.com. 

September 2001 website itu ia buat dengan modal $19.500. Ia kemudian mendaftarkan 30 keluarga di mana dulu ia pernah jadi babysitter-nya sebagai anggota pertama. Ia juga membuat 20.000 flyer yang ia sebarkan di kampus-kampus. "Ini pengalaman saya saja karena banyak ibu-ibu yang membutuhkan babysitter dari kalangan mahasiswa," katanya mengenai lokasi penyebaran flyer-nya itu.
sitterity
Tak berapa lama kemudian sudah terdaftar 600 babysitter dari kalangan kampus di Boston. Enam bulan kemudian jumlah antara ibu-ibu yang mencari babysitter dan babysitter yang mencari keluarga yang punya anak makin banyak. Sittercity.com pun makin populer. 

Pertumbuhan bisnisnya berkembang begitu luar biasa. Tahun 2007 Sittercity.com mengalami pertumbuhan hampir 1000% dibanding tahun 2004. Pendapatannya mencapai US$2,6 juta.

Sumber :andriewongso 

Kisah Rahasia Kebahagiaan

Alkisah, ada lelaki tua yang berjalan masuk ke sebuah restoran dengan langkahnya yang terseret-seret. Dengan kepala yang dimiringkan dan bahunya yang berposisi agak membungkuk ke depan, lelaki itu bersandar pada tongkat andalannya dengan langkah-langkah yang tidak terburu-buru. 

Jaket kainnya yang terlihat sobek-sobek, celana panjangnya yang bertambal, sepatunya yang usang, dan kepribadiannya yang hangat membuatnya tampil berbeda dari pengunjung lainnya di Sabtu pagi itu. Yang tak terlupakan adalah kedua matanya yang berkilau bagai intan, pipinya yang lebar dan kemerahan, serta bibir tipisnya yang membentuk senyuman hangat. 

Langkahnya terhenti, dan ia pun membalikkan badan, berkedip pada seorang anak kecil yang duduk di dekat pintu. Anak itu membalasnya dengan cengiran lebar. Seorang pelayan muda bernama Nina memperhatikannya berjalan terseret-seret menuju sebuah meja di samping jendela. 

Nina menghampiri lelaki tua itu, dan berkata, "Mari, Pak, saya bantu Anda duduk."
Tanpa berkata apa pun, lelaki tua itu tersenyum dan mengangguk sebagai ucapan terima kasih. Nina menarik kursi dari meja. Dengan satu tangannya, Nina membantu lelaki itu duduk di kursi hingga merasa nyaman. Lalu, si pelayan menarik meja ke dekat lelaki tua itu, dan menyandarkan tongkatnya pada meja agar mudah dijangkaunya.
Dengan suara yang jernih dan lembut, lelaki itu berkata, "Terima kasih, dan semoga kamu mendapat berkah atas kebaikanmu."
"Sama-sama, Pak," jawab si pelayan. "Nama saya Nina. Saya akan kembali sebentar lagi dan kalau perlu sesuatu, panggil saja saya." 

Setelah lelaki tua itu menghabiskan makanan dan minumannya, Nina membawakan uang kembalian. Lelaki itu meletakkannya di atas meja. Nina membantu lelaki itu bangkit dari kursi dan keluar dari mejanya. Nina memberikan tongkatnya dan menggandengnya hingga ke pintu depan. 

Sembari membukakan pintu, Nina berkata, "Silakan datang kembali, Pak!"
Lelaki tua itu berbalik, berkedip dan tersenyum, lalu mengangguk sebagai ucapan terima kasih. "Tentu saja," katanya lembut.
Ketika Nina membersihkan meja yang tadi dipakai lelaki itu, ia hampir saja pingsan. Di bawah piring, ia menemukan sebuah kartu nama dan pesan di sebuah tisu dengan tulisan tangan yang agak acak-acakan. Di bawah tisu itu terselip lima lembar uang seratus ribu rupiah.
Pesan pada tisu itu berbunyi demikian: "Dear Nina, saya sangat menghormati kamu dan saya bisa lihat bahwa kamu pun menghormati diri sendiri. Itu terlihat dari caramu memperlakukan orang lain. Kamu telah menemukan rahasia kebahagiaan. Sikap hangatmu itu akan terpancar ke semua orang yang kamu jumpai."
Ternyata setelah diselidiki, lelaki tua yang dilayani Nina tadi adalah pemilik restoran tempatnya bekerja. Inilah kali pertama Nina dan juga para karyawan lainnya melihatnya secara langsung

Oleh : AndrieWongso